Louhan
Monday, October 18, 2004
 
eMail Kematian Louhan Tersayang (from Lina by eMail)
maaf ya lin saya telat membacanya karena kesibukan kerja saya serta akses saya yang terbatas ke warnet paling cepat 1 minggu sekali, mohon ijin email kamu saya publikasikan di weblog saya.

Kepada pembaca yang lain berikut ini isi eMailnya..............

Perkenalkan, nama saya Lina. Malam ini saya sangat sedih karena tadi siang baru ditinggal pergi oleh ikan lohan yang sangat saya cintai. Saya sedih sekali, saya cuma bisa cerita tentang dia kepada orang yang tahu bagaimana perasaan saya. Semoga Munadi tidak bosan mendengar cerita saya.
Ikan louhan ini saya beri nama Tung2. Setiap kali saya pulang, Tung2 sangat gembira, dia berenang ke sana ke mari. Selalu saya ciumi dia. Setiap kali itu saya lakukan, Tung2 selalu tidak pernah lupa membalas ciuman saya dengan melakukan hal yang sama, Tung2 benar2 menciumi saya dengan mulutnya, tepat di wajah saya. Saya sangat mencintai Tung2, sampai2 saya tidak bosan berbicara dengan Tung2 tidak perduli apa yang dipikirkan orang rumah. Kadang2 saya berbicara selama 5 menit, bahkan pernah selama hampir 30 menit. Boleh percaya atau tidak, selama saya bicara, Tung2 selalu mau mendengar, dia tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempatnya, dia selalu melihat ke arah saya, mata ketemu mata, menatap saya lurus. Jika saya lelah, saya duduk di bawah akuarium, di pojok, dan Tung2 juga mengikuti saya terus berada di pojok akuarium mendengar cerita2 saya sampai bermenit2, menatap saya dengan matanya tanpa beranjak sedikitpun dari pojok akuariumnya. Setelah selesai saya ajak bicara, biasanya saya berdiri ingin memegang kepalanya dari atas akuarium. Saya panggil dia dan Tung2 segera merespon dengan menyembulkan kepalanya ke atas untuk saya pegang, sehingga gerakannya seperti berbunyi tung...tung...., sehingga Tung2-lah namanya.
Tung2 adalah mahluk piaraan yang sangat berperasaan. Kami selalu memberi Tung2 dan temannya udang bek. Tapi, Tung2 tidak pernah mau menyentuh udang hidup sebagai umpannya, sekalipun dia dalam keadaan lapar, walaupun teman satu akuariumnya melahap udang2 hidup itu bulat2, di suatu saat ketika kami sedang kehabisan udang beku. Tung2 hanya berhenti melihat udang hidup itu, padahal ada tepat di depan matanya. Jangankan memakan udang hidup, yang ada malah Tung2 pernah diserang dan siripnya dimakan oleh ikan sapu2, tapi Tung2 tidak mau melawan.
Suatu ketika, saya ingat pergi ke luar negri selama 1 bulan. 2 minggu pertama semenjak kepergian saya Tung2 sama sekali tidak mau makan, tidak lincah, dan warnanya berubah drastis. Semuanya berubah kembali seperti normal ketika saya pulang ke rumah. Saya sangat mengasihinya. Sampai suatu ketika, Tung2 ditinggal mati oleh temannya, sehingga dia berubah menjadi stress. Ketika kejadian, saya tidak tinggal di rumah untuk waktu yang juga cukup lama. Tapi Tung2 segera mendapat teman yang baru. Hanya saja, teman barunya tidak membawa perubahan apapun, Tung2 masih saja stress sampai akhirnya adik saya mengambil keputusan untuk membuka penyekat yang ada di antara mereka, tanpa tahu bahwa louhan sangatlah soliter. Hari pertama setelah sekat dibuka, kedua2nya tampak akur2 saja, bahkan teramat akur. Si teman berenang ke kanan, Tung2 ikut ke kanan. Si teman belok ke kiri, Tung2pun ikut belok ke kiri. Si teman capek dan menghadap ke belakang, Tung2 pun ikut2an ke belakang. Dan semenjak itu, warna Tung2 berubah sama sekali, kembali normal dan stressnya hilang. Semuanya hanya bisa saya dengar ceritanya lewat telepon.
Akhirnya petaka itu terjadi. Di hari ke-tiga, tampaknya si teman sudah mulai menunjukkan tanda2 ingin menyerang, sehingga sekatpun kembali dipasang. Tidak disangka, pada saat semua orang sedang tidur, si teman yang sudah mengincar loncat dari sekat pemisah dan segera memburu Tung2. Tung2 lari ketakutan. Hasilnya, Tung2 membentur dinding dengan sangat keras. Di saat lemah tersebut, sirip di dekat insang kanan dan kiri habis dimakan si teman, sirip abdomen cacat, karena tulang pada sirip tersebut sampai menyembul ke luar, badan sekujur luka, dan kepala benjol. Akibatnya sudah bisa ditebak. Tung2 menjadi cacat, kepala berada di bawah dan perutnya di atas. Tung2 yang malang, saya berhari2 menangis tidak habis2nya, bertekad tidak akan pulang karena saya tidak tega. Saya tidak mau melihat Tung2 mati, saya hanya akan pulang kalau Tung2 sudah mati, pokoknya saya tidak mau melihat Tung2 dalam kondisi kritis kayak gitu. Sehari, dua hari, tiga hari, Tung2 belum mati, Tung2 masih hidup. Seminggu, sepuluh hari sudah berlalu, tapi Tung2 masih hidup. Selama itu pula saya menangis, sampai saya sadar kalau Tung2 pasti menunggu saya. Persetan dengan kos, persetan dengan tempat kerja yang jauh dari rumah, persetan juga dengan perasaan saya yang takut tidak tahan melihat Tung2 menderita. Pagi2 sekali saya memesan taksi dan pulang. Dalam perjalanan saya tidak berhenti berdoa supaya dikuatkan pada saat bertemu Tung2 kembali dalam keadaan demikian. Tapi doa tinggal doa. Begitu pintu rumah saya buka, saya langsung lemas, dan menangis. Sambil saya elus, saya cuma bisa bilang,"Tung, ini saya. Tung2 ikan hebat, ikan baik, kalau Tung2 mau pergi, cepat pergi ya sayang, jangan lama2. Tung2 menderita kan ya. Iya kan sayang ?". Tung2 cuma bisa diam, tahu bahwa saya pulang. Sudah berhari2 Tung2 tidak makan, dan hari itu tanpa pikir panjang lagi saya ambil udang beku, saya balikkan tubuhnya yang terbalik itu, dan saya suapi dia sambil saya bujuk. Nyam..nyam..., sedikit demi sedikit Tung2 makan, membuat saya tambah sedih. Setelah selesai, badannya saya balikkan kembali. Besoknya kolam Tung2 bersama2 dengan mama kami kuras, dan saya kesana kemari mencari obat penghilang luka, jamur, penumbuh sirip, dsb, dan segera saya masukkan ke dalam kolam. Setelah kolam berganti air baru, kembali saya suapi Tung2, dan dia makan dengan sangat lahap, saya sangat menderita melihat dia terbalik. Mama saja kaget, bahkan mama bilang begini, "Selama kamu tidak ada, Tung2 pasti tidak mau makan kalau air kolam baru diganti. (maksudnya sebelum kejadian)." Tapi herannya sekarang disuapi saya bahkan Tung2 tidak menolak, pun pada saat air kolamnya dalam keadaan baru, plus obat2 dan Tung2 sudah dalam keadaan cacat. Tung2, maafkan saya ya, tidak menjaga Tung2 seutuhnya, saya tidak berhenti menyesal dalam hati. Setelah 2 hari di rumah, saya putuskan untuk kembali ke kos membereskan barang2 untuk kembali pulang, rencananya butuh waktu 3 hari membereskan ini itu. Tapi, baru ditinggal sehari, Tung2 kembali bermasalah. Dia jadi tidak mau makan, karena perutnya tiba2 kembung. Saya langsung pulang sebelum waktunya, dan kaget melihat perut Tung2 yang sebesar kepalan tangan orang, tulang2nya jelas sekali menonjol, ini pasti patah tulang. Saya shok, dan malam itu juga saya pindahkan Tung2 ke kolam kecil untuk saya bawa ke kamar. Besoknya, Tung2 dipindahkan kembali ke akuariumnya, dan ajaib, seminggu, dua minggu, tiga minggu, empat minggu, lima minggu.... Tung2 bertahan hidup. Sebenarnya pada minggu pertama, saya tidak tahan melihat tonjolan di perut Tung2, dan saya memutuskan untuk membawa dokter ke rumah. Tung2 disuntik antibiotik pencegah radang, dan semenjak itu setiap 2 hari sekali saya wajib menyuntikkan obat itu ke perut Tung2. Saya sungguh tidak tega melihat Tung2 menderita, tapi Tung2 kelihatannya mengerti, buktinya dia cuek aja setiap kali disuntik, Tung2 begitu nurut. Selama itu, setiap kali Tung2 saya sentuh, saya peluk, dia tidak pernah melawan. Walaupun dia terbalik, malah lebih parah dari sebelumnya (karena tulang yang patah semakin banyak sehingga posisi tubuhnya menjadi menekuk patah), Tung2 tetap berusaha membuat hati saya senang. Saya cium, dan Tung2 berusaha membalas dengan caranya, walaupun tidak sesempurna dulu, dia hanya membuka mulutnya, dan saya tahu persis dia membalas kasih sayang saya, dan itu bukan bagian dari gerakan bernafasnya. Tung2, saya trenyuh, walaupun matanya sebelah sudah buta, tapi setiap kali saya peluk dan sentuh, mata Tung2 selalu melirik sana sini, tapi tidak pernah mencoba untuk menggeliat kabur. Tung2 sangat ingin disayang.
Hari ini, 7 Oktober 2004, 14:00 WIB, Tung2 kembali ke pelukan penciptanya yang sesungguhnya. Saya masih berada di sisinya sampai hari ini, untuk yang terakhir kali.

'Selamat jalan, Tung2.
You teach me love, I bless the day I met you.
Bagi jiwa seorang sahabat, semoga Tuhan senantiasa berkenan selalu menjaganya.
Tung2, berjanjilah untuk tidak melupakan saya ya sayang.
Sampai saat kita bertemu kembali.......'



Lina, Hng
linahng@centrin.net.id
linahng@hotmail.com


Powered by Blogger